Kamis, 24 Juli 2008

Sang Maestro Hadi Mahdami

Kita merasa memiliki sesuatu setelah kita kehilangan sesuatu itu.
kalimat diatas sangat mengena untuk berbagai hal dalam kehidupan dunia ini, seringkali kita menggampangkan segala sesuatu yang dekat dengan kita atau yang kita miliki. Sesuatu itu baru kita rindukan keberadaannya bila kita sudah kehilangannya.

Sebahagian besar jamaah menyukai samar atau pesta dan sebuah pesta akan bertambah kemeriahannya bila datang seorang seniman tua berumur 80 tahunan. Namun masih gagah, masih pandai memetik gitar dengan tarikan suara yang khas menyanyikan lagu bernada riang berupa pantun jenaka atau bernuansa nasehat.

Seniman itu bernama Hadi Mahdami, saya mengenalnya dengan baik dan relatif sering bertemu, dalam pesta pernikahan ataupun kalau saya sedang mampir ke jalan Wedana (Kampung Melayu) untuk silaturahmi, terkadang ikut menemani bermain gaple bersama jamaah lainnya.

Ami Hadi sangat bersahaja, baik penampilan maupun tutur katanya, keberadaannya menggembirakan setiap orang, baik ketika bermain musik ataupun sekedar berbincang bincang Ami Hadipun sangat suka bercanda. Hampir seluruh Jamaah terutama jamaah Betawi baik muda maupun tua mengenal siapa Hadi Mahdami. Lagu lagunya sangat familiar melintasi berbagai generasi.

Di sekitar tahun 2000 an, Hadi Mahdami merilis kembali album lamanya dan hebatnya album itu dikeluarkan disaat usianya mencapai 86 tahun, suaranya masih merdu dan petikan gitarnyapun masih solid. kaset itu tak begitu banyak hanya sekitar dua ribuan dan dalam waktu singkat kaset itupun habis terjual.

Setiap orang yang membeli selalunya komplain bukan karena albumnya yang tidak bagus namun satu lagu yang sudah menjadi trade marknya ami Hadi tak ada dalam kaset itu, Suami Durhaka. entah kenapa tak masuk dalam album yang direlease ulang disaat usianya 86 tahun.

Ketika vokalis vokalis muda bermunculan Hadi Mahdami tak kehilangan getarannya, dia tidak merasa tersaingi karena memang tak bisa tersaingi oleh siapapun.

Tahun 2004 sang maestro Hadi Mahdami meninggal dunia dirumahnya yang sederhana dibilangan Jalan Wedana Kampung Melayu. Dalam upacara pemakaman yang sederhana ketika jasadnya memasuki liang lahat, dalam hati saya berucap "selamat jalan ami Hadi, selamat jalan orang tua yang baik hati, tanah ini akan menguburkan jasad tapi tidak karya ami' Hadi."


Kini ketika lagu lagu melayu amburadul menyeruak diberbagai radio maupun televisi.
saya lebih suka mendengar lagu-lagu Hadi Mahdami di mobil ketika kemacetan selalu menjadi musuh waktu kita di setiap hari kerja.

lupakanlah dunia dan tenangkanlah jiwa..
jangan muram durja...jangan kau sia sia..
menghabiskan usia yang masih muda belia..
jangan habiskan usia kerna asmara,,,
atau biarkan dirimu dimabuk cinta....
jika air mata untuk kekasih saja...
senyum yang menawan untuk siapa...
untuk aku itu pasti kerlingan mata yang penuh arti..
untuk aku itu pasti kerlingan mata yang penuh arti..

(Hadi Mahdami)

4 komentar:

  1. ahlan akhi
    antum punya MP3 nya lagu2 ami hadi gak?
    klo ada tlg di share dong, email ana di mahdaly21@yahoo.com

    BalasHapus
  2. ya akhi...ana juga sangat ingin mengoleksi lagi lagu lagunya ami hadi...kalau antum berkenan untuk berbagi lagunya ami hadi,tolong antum email ke email ana di:

    safik.b@gmail.com

    syukron akhi...

    BalasHapus
  3. ahlan akhi
    antum punya MP3 nya lagu2 ami hadi gak?
    klo ada tlg di share dong, email ana di edu_alatas@yahoo.com

    BalasHapus