Faizal Motik namanya lebih dikenal dgn panggilan bang Ical,
menulis nama itu dan bercerita tentang orangnya bisa menghabiskan berpuluh
puluh lembar halaman. Ada banyak cerita tentang bang Ical yg saya kenal, yg
teman-teman kenal, yang kita semua kenal.
Figur mengesankan ini bukan tokoh politik, bukan pejabat pemerintah.
Ketokohannya terkesan unik dia lebih
merupakan tokoh anak orang kaya yang dengan segudang fasilitas. Cerdas, aktifis, bertempat tinggal di Menteng (jalan Banyumas) dan dengan segala perangkat
yang dimilikinya itu, nama besar orang tua, jaringan , rumah, villa dan banyak
hal lainnya. Semuanya itu dimanfaatkan seluruhnya untuk pengembangan anak –
anak muda muslim.
Bang Ical mendirikan Remaja Islam Masjid Sunda Kelapa (RISKA), Mendirikan ISAFIS (Indonesian Student Asociation For International Studies. ) dan banyak lagi organisasi lain yang didirikannya. Namun yang dua saya sebut diatas itu, setelah 30 tahun lebih tetap tegak berdiri dengan aktifitas yang terus berlangsung sampai hari ini.
Dalam banyak hal ketokohan bang Ical lebih sebagai motivator anak-anak muda muslim agar lebih percaya diri. Dalam pola bergaulnya tak da orang hebat di hadapannya, baik itu, Jendral, Mentri atau siapapun semua orang berada didepannya menjadi sama saja. Bahkan Dubes Negara – Negara besar didunia seperti Amerika maupun Inggris tidak mendapat keistimewaan berlebihan.
Alumni fakultas hukum UI ini punya segudang ide dalam
mensiasati suasana politik yang menekan umat
Islam, terutama anak anak muda mahasiswa
muslim yang tak puas dengan keadaan. Bila mencari tempat diskusi menjadi tidak
aman dimana mana, harus punya ijin dan lain lain yang berisiko dibubarkan
laksus dimasa 80an, maka berdiskusi dirumahnya adalah tempat yang paling aman
tak ada tentara datang menggerebek rumah di jalan Banyumas itu. Dia menjalin hubungan yang akrab dengan elit
politik sambil terus melindungi dan memotivasi yuniornya untuk mengembangkan diri.
Bagi kami para alumni ISAFIS rumah itu adalah rumah
pencerahan dalam arti sesungguhnya sebagaimana HOS Tjokroaminoto membuka pintu
rumahnya lebar lebar pada aktifis kemerdekaan dizamannya.
Bila berdskusi masalah dalam negri menjadi masalah bagi
aparat keamanan dimasa itu, maka dengan ISAFIS
sebelumnya bernama (ISA Of
Indonesia) maka kami bisa berdiskusi dengan leluasa diberbagai tempat bahkan
difasilitasi oleh Kemenlu dan berbagai
Kedubes yang ada di Jakarta. Karena
kajiannya lebih focus pada masalah masalah Internasional.
Di pertengahan 80an bang Ical mendirikan Pokja Golkar bersama Sarwono Kusumatmadja, Yasril Ananta Baharudin, Marzuki Darusman, Fuad Hasan, dll. Faizal Motik menjadi Koordinator Eksekutif dalam setiap acara yang dihadiri oleh elit negri baik anggota DPR, Panglima Abri, maupun Mentri – Mentri yang terkait selalunya ia membawa yunior – yuniornya baik dari ISAFIS maupun dari HMI yang masih berstatus mahasiswa untuk acara acara semacam itu. Uniknya tidak ada satupun yuniornya diijinkan untuk duduk dibagian belakang selalunya diajak duduk dibarisan terdepan untuk menunjukkan semua manusia itu sama saja, mau mentri ataupun pejabat lainnya, dengan yuniornya yang berpenampilan relativ “kumel” dibanding para pejabat yang hadir.
Di pertengahan 80an bang Ical mendirikan Pokja Golkar bersama Sarwono Kusumatmadja, Yasril Ananta Baharudin, Marzuki Darusman, Fuad Hasan, dll. Faizal Motik menjadi Koordinator Eksekutif dalam setiap acara yang dihadiri oleh elit negri baik anggota DPR, Panglima Abri, maupun Mentri – Mentri yang terkait selalunya ia membawa yunior – yuniornya baik dari ISAFIS maupun dari HMI yang masih berstatus mahasiswa untuk acara acara semacam itu. Uniknya tidak ada satupun yuniornya diijinkan untuk duduk dibagian belakang selalunya diajak duduk dibarisan terdepan untuk menunjukkan semua manusia itu sama saja, mau mentri ataupun pejabat lainnya, dengan yuniornya yang berpenampilan relativ “kumel” dibanding para pejabat yang hadir.
Ia (bang Ical) memberi pendidikan percaya diri dalam
praktek, bukan retorika yang biasanya dilakukan oleh motivator dimimbar.
Menjelang pemilu dimasa itu, Sarwono Kusumaatmadja menghubunginya mengabarkan untuk mencalonkan bang Ical untuk menjadi calon anggota DPR dari Golkar yang tentu saja nomornya adalah nomor jadi (urutan atas), yang serta merta ditolak olehnya. Sarwono dan Yasril tentu saja bertanya alasan penolakannya disertai pertanyaan : ngapain elo capek-capek jadi koordinator pokja Golkar kalau gak mau jadi anggota DPR ? Bang Ical dengan nyantai berkata : gue cuma kepingin Golkar sebagai partai besar ngerti masalah global yang kedua supaya anak anak muda islam ga dicurigai melulu, ga harus di screening berkali kali kalau mau keluar negri diberi kesempatan untuk ikut konferensi internasional.
Diluar dari semua hal unik aktifitasnya adalah
celotehnya yang hampir tak mengenal ‘etika’, selalu apa adanya dan tak menahan – nahan diri kalau meledek orang
disekiranya, bila ada yang bicara ngawur maka dengan entengnya dia berkata :
elo ganteng tapi goblog ya, atau itu
perempuan cantik cuma sayang otaknya dikit. Atau kalau dia lagi meledek
kalangan liberal yang bicaranya susah dimengerti “banyak istilah rumit” : itu
orang-orang udik lagi pingin dianggap jadi orang kota makanya ngomongnya ribet.
Selalu sehat bang Ical , saya satu dari banyak orang lain yang beruntung mengenal sosok unik yang banyak memberi pelajaran untuk menghargai hidup tanpa merendahkan diri dihadapan orang yang lain apa lagi bersikap oportunis demi sebuah jabatan maupun kepentingan sesaat.