Sabtu, 23 Mei 2015

Faizal Motik (bang Ical) Wajah Lain Anak Menteng.


Faizal Motik namanya lebih dikenal dgn panggilan bang Ical, menulis nama itu dan bercerita tentang orangnya bisa menghabiskan berpuluh puluh lembar halaman. Ada banyak cerita tentang bang Ical yg saya kenal, yg teman-teman kenal, yang kita semua kenal.   Figur mengesankan ini bukan tokoh politik, bukan pejabat pemerintah. Ketokohannya terkesan unik  dia lebih merupakan tokoh anak orang kaya yang dengan segudang fasilitas.  Cerdas, aktifis, bertempat tinggal di Menteng  (jalan Banyumas) dan dengan segala perangkat yang dimilikinya itu, nama besar orang tua, jaringan , rumah, villa dan banyak hal lainnya. Semuanya itu dimanfaatkan seluruhnya untuk pengembangan anak – anak muda muslim. 

Bang Ical  mendirikan Remaja Islam Masjid Sunda Kelapa (RISKA), Mendirikan ISAFIS (Indonesian Student Asociation For International Studies. ) dan banyak lagi organisasi lain yang didirikannya. Namun yang dua saya sebut diatas itu, setelah 30 tahun lebih  tetap tegak berdiri dengan aktifitas yang terus berlangsung sampai hari ini.

Dalam banyak hal ketokohan bang Ical lebih sebagai motivator anak-anak muda muslim agar lebih percaya diri.  Dalam pola bergaulnya tak da orang hebat di hadapannya, baik itu, Jendral, Mentri atau siapapun semua orang  berada didepannya menjadi sama saja. Bahkan Dubes Negara – Negara besar didunia seperti Amerika maupun Inggris tidak mendapat keistimewaan berlebihan.  

Alumni fakultas hukum UI ini punya segudang ide dalam mensiasati suasana politik yang menekan  umat Islam,  terutama anak anak muda mahasiswa muslim yang tak puas dengan keadaan. Bila mencari tempat diskusi menjadi tidak aman dimana mana, harus punya ijin dan lain lain yang berisiko dibubarkan laksus dimasa 80an, maka berdiskusi dirumahnya adalah tempat yang paling aman tak ada tentara datang menggerebek rumah di jalan Banyumas itu.  Dia menjalin hubungan yang akrab dengan elit politik sambil terus melindungi dan memotivasi yuniornya untuk  mengembangkan diri.
Bagi kami para alumni ISAFIS rumah itu adalah rumah pencerahan dalam arti sesungguhnya sebagaimana HOS Tjokroaminoto membuka pintu rumahnya lebar lebar pada aktifis kemerdekaan dizamannya.

Bila berdskusi masalah dalam negri menjadi masalah bagi aparat keamanan dimasa itu, maka dengan ISAFIS   sebelumnya bernama (ISA Of Indonesia) maka kami bisa berdiskusi dengan leluasa diberbagai tempat bahkan difasilitasi  oleh Kemenlu dan berbagai Kedubes yang ada di Jakarta.  Karena kajiannya lebih focus pada masalah masalah Internasional.

Di pertengahan 80an bang Ical mendirikan  Pokja Golkar bersama Sarwono Kusumatmadja, Yasril Ananta Baharudin, Marzuki Darusman, Fuad Hasan, dll. Faizal Motik menjadi Koordinator Eksekutif  dalam setiap acara yang dihadiri oleh elit negri  baik anggota DPR, Panglima Abri, maupun Mentri – Mentri yang terkait selalunya  ia membawa  yunior – yuniornya baik dari ISAFIS maupun dari HMI yang masih berstatus mahasiswa untuk acara acara semacam itu.  Uniknya tidak ada satupun yuniornya diijinkan untuk duduk dibagian belakang selalunya diajak duduk dibarisan terdepan untuk menunjukkan semua manusia itu sama saja, mau mentri ataupun pejabat lainnya, dengan  yuniornya yang berpenampilan relativ “kumel” dibanding para pejabat yang hadir.
Ia (bang Ical) memberi pendidikan percaya diri dalam praktek, bukan retorika yang biasanya dilakukan oleh motivator dimimbar.


Menjelang pemilu dimasa itu,  Sarwono Kusumaatmadja menghubunginya mengabarkan untuk mencalonkan  bang Ical untuk menjadi calon anggota DPR dari Golkar yang tentu saja nomornya adalah nomor jadi (urutan atas), yang serta merta ditolak olehnya. Sarwono dan Yasril  tentu saja bertanya  alasan penolakannya disertai pertanyaan : ngapain elo capek-capek  jadi koordinator pokja Golkar kalau gak mau jadi anggota DPR ?  Bang Ical dengan nyantai berkata : gue cuma kepingin Golkar sebagai partai besar ngerti masalah global yang kedua supaya anak anak muda islam ga dicurigai melulu, ga harus di screening berkali kali kalau mau keluar negri diberi kesempatan untuk ikut konferensi internasional.


Diluar dari semua hal unik aktifitasnya adalah celotehnya  yang   hampir tak mengenal ‘etika’,  selalu apa adanya dan tak  menahan – nahan diri kalau meledek orang disekiranya, bila ada yang bicara ngawur maka dengan entengnya dia berkata : elo ganteng tapi goblog ya, atau  itu perempuan cantik cuma sayang otaknya dikit. Atau kalau dia lagi meledek kalangan liberal yang bicaranya susah dimengerti “banyak istilah rumit” : itu orang-orang udik lagi pingin dianggap jadi orang kota makanya ngomongnya ribet.
 


Selalu sehat bang Ical , saya satu dari banyak orang lain yang beruntung mengenal sosok unik  yang banyak memberi pelajaran untuk menghargai hidup  tanpa merendahkan diri dihadapan orang yang lain apa lagi bersikap oportunis demi sebuah jabatan maupun kepentingan sesaat.