Kamis, 26 Februari 2009

MASOOM

senja hitam ditengah ladang...diujung pematang kau berdiri..
putih diantara ribuan kembang..langit diatas rambutmu merah tembaga..
engkau memandangku. .
bergetar bibirmu memanggilku basah dipipimu air mata..
kerinduan..kedamaian oooo..
batu hitam.. diatas tanah merah...
disini akan kutumpahkan rindu kugemgam lalu kutaburkan kembang..
berlutut dan berdoa..surgalah ditanganmu Tuhanlah disisimu...
kematian hanyalah tidur panjang.. ..: maka mimpi indahlah engkau...
camelia..camelia. ..ooo...
pagi engkau berangkat hati mulai berpacu..
malam kupetik gitar..dan terdengar senandung ombak dilautan..
menambah rindu dan gelisah...
adakah angin gunung adakah angin padang mendengar keluhanku..
mendengar jeritanku..dan membebaskan nasibku dari belenggu sepi...la..la. .la.

Saya mengulang ulang kembali satu lagu lama... dijalan tol yang sudah mulai sepi menjelang tengah malam.. Ada getaran hebat ketika bait demi bait yang mengkristal merajut antara kerinduan dan harapan dari manusia yang ditinggalkan. Aroma cinta sangat kental didalamnya namun juga kepasrahan dan harapan pada Tuhan mendorong sebuah keyakinan akan surga ditanganmu dan Tuhan disisimu.

Ketika jasad manusia terkubur dalam diantara tanah merah ada kepedihan dari yang ditinggalkan ada banyak kenangan yang tetap hidup. Maka kematian hanyalah tidur panjang yang tersambung kembali jalinan hubungan melalui doa. Tuhan memtuskan hubungan fisik tapi juga memberi ruang hubungan antar manusia melalui jalurnya.

Entah bagaimana Saya teringat sebuah film lama bejudul Masoom..yang tak berkaitan dengan syair di lagu tersebut. Masoom seorang anak laki2 yang kelahirannya tidak diharapkan hadir ditengah keluarga bahagia.. Seorang ibu yang cantik dengan dua anak, laki-laki dan perempuan, dan seorang ayah muda. Masoom memasuki keluarga itu dikarenakan keterpaksaan sang ayah kandungnya yang menghamili ibunya ketika reuni sekolah dan sang ibu menemui ajalnya ketika Masoom masih sangat kecil.

Film dimulai ketika anak itu berada didalam mobil dan sang sutradara dengan pandainya mengekploitasi wajah anak itu menjadi sangat dramatis, ketika anak itu berpaling kekanan maka sorot camera meng close up wajahnya dan hampir seluruh penonton tak sadar bergumam huuuuu.... karena muka yang begitu sempurnanya garis dahi sorotan mata seolah hasil lukisan yang sangat indah.

Namun sempurnanya wajah tak berbanding lurus dengan nasib. Perempuan tetaplah perempuan sekeras apapun dia mencoba tapi hatinya tak bisa menerima hubungan suaminya dengan ibu anak itu. Keberadaan anak itu didalam rumahnya menggelisahkan hatinya merusakkan kebahagiaan dirinya bersama keluaraganya selama ini.. walaupun dua anaknya sangatlah akrab walaupun dua anaknya mencintai Masoom sebagai saudara.

Ketika kekerasan hati lebih mengemuka dari kasih sayang, Masoom harus lepas dari keluarga ayahnya, rumah itu bukan tempat yang layak untuknya tempatnya adalah di asrama. Itulah kompromi terakhir dari ibu tiri bersama ayahnya.

Perjalanan Masoom ditengah keluarga finis sudah, sebuah kereta sudah menunggu distasiun untuk membawanya ke asrama. Ayah bersama ibu tiri dan dua saudaranya mengantar. Ketika sang ibu kembali ke Mobil anak perempuannya membuka buku gambar yang dibuat Masoom. Tampak dalam gambar itu tiga anak kecil sedang bermain namun satu anak laki laki dalam gambar itu diberi tanda silang. Masoom menyilang dirinya sendiri dalam gambar itu, keberadaannya adalah bencana keberadaan dirinya tak mendapat tempat dari hati seorang perempuan.
Spontan jiwa ke perempuanan seorang ibu bergolak, kasih sayang yang tertutup oleh murka kembali menyeruak membuang jauh kebencian yang berefek pada anak itu...Buku gambar itu telah menyelematkan Masoom dari kehidupan asrama. Sang ibu berlari kestasiun mengambil kembali Masoom dari dalam kereta. dia bukan hanya mengambil Masoom tapi juga menarik kembali kasih sayang tuhan dalam dirinya.

Ketika sang ayah melihat kereta sudah berjalan dia berjalan kembali kemobil dan dilihatnya masoom sudah berada disana bersama isteri dan dua anaknya...

Manusia memisahkan hubungan dengan caranya dengan kekerasan hati dan kemarahan namun tuhan mengembalikannya kembali dengan sifat kasih sayang yang diturunkannya.
Ketika Tuhan memutuskan hubungan melalui ajal yang telah datang Dia memberi harapan dengan doa memberi ruang lain untuk tetap berhubungan melalui kuasaNya.