Rabu, 06 Februari 2008

Pagi Hari di SMA 7

Pagi hari di SMAN 7 Gambir Jakarta.
Kelas baru saja dimulai dari balik jendela Ibu Elli mulai menerangkan Bahasa Indonesia mengenai kalimat menerangkan dan diterangkan, tiba2 Dian melambaikan tangan dari balik jendela meminta saya keluar kelas. “ Ada apaan .?” tanya saya begitu keluar dari kelas. “anterin gue ke Gunung Agung gue lupa bawa bawa map buat tugasnya pak Sianturi” selak Dian terburu buru.
“gue gak bawa motor nanti jam istirahat pertama gue anterin lho, Bu Eli udah lihat gue didalam masak gue mau bolos, udah ntar gue pinjam motor sama Marga.”
“ya udah tolong jangan enggak Geis ya… Masak lho tega gue kena daprat sama Pak Sianturi”
“Ya udah jangan kuatir yuk gue masuk dulu gak enak sama bu Elli”

Bell istirahat pertama berbunyi, buru buru saya lompat kelantai bawah menuju kelas 3 Ips 5 mencari si Batak satu bernama Marga Prana… " Ga… gue pinjam motor mau nganterin si Dian kegunung Agung “ ucap saya langsung begitu ketemu. “Busyet dah pagi pagi lho udah mau pacaran..” jawab Marga asal. “emang motor lho kemana ..? “ tanyanya lagi.
“STNK nya habis belum di perpanjang, udeh… cepetan nih ntar gue telat habis istirahat gue ada ulangan.”

Jarak Gunung Agung dari SMA 7 dengan motor cukup 5 menit ditambah lagi dengan gaya membawa motor yang seolah ingin menjemput maut, gak sampai lima belas menit saya sudah mengembalikan kunci motor ke Marga dan bisa mengikuti kelas berikutnya.

Jam istirahat kedua Marga mencari saya dikelas dan melaporkan‘ “Geis.. Sobleker Motor gue ilang diembat maling “ teriaknya. “yang bener lho Ga… tadi gue parkir di Pedok (tempat parkir khusus motor di sekolah diberi nama pedok) masak bisa ilang tuh motor” jawab saya kaget dan merasa bersalah.
“Bukan Motornya yang hilang tapi Sobleker sebelah kiri…”
Bersama sama kami ke Pedok dan melihat motor Honda GL yang Soblekernya sebelah sudah gak ada itu…
“siapa yang ngembat Sobleker ini motor ..?” tanya saya pada tukang Parkir yang ada disitu.
“Gak tahu “ jawabnya ogah2an.
“ Marga…!!!! kita gebukin aja ini anjing… kalau dia gak tahu, pasti dia yang ngembat” Teriak saya gak senang hati
“ Bukan saya yang mengambil tapi si Stevi balas tukang parkir membela diri “ sambil mengasih tahu malingnya yang juga pelajar disitu yang salah satu pelajar pecandu Obat. BK, Rohipnol, Valium, dsb adalah obat2an yang biasa dipakai untuk teler dijaman itu.

Tak tahu bagaimana ceritanya kasus ini sampai kekepala sekolah dan Stevi pun diamankan di Polsek Cideng.

Besoknya sepulang sekolah Marga sudah menunggu di Kantin “Lho mau kemana Geis..?” tanyanya.. “ “Gue mau pulang jaga toko, abang gue udah pesan dia mau pergi hari ini jadi gue yang jagain pangkalan.” Jawab saya
“Tolongin Gue hari ini bisa gak ?” tanyanya
“ Tolongin apaan…?” balas saya balik bertanya.
“ Anterin Gue Besuk si Stevi dia dipenjara di Polsek Cideng” ajak Marga.
“Ah gila lho udah motor kita yang dicolong masih juga kita yang besuk dia” jawab saya mangkel.
“Udah deh kasian itu anak yuk kita besuk.” Ajaknya lagi.
Setengah terpaksa saya mengikuti kemaunnya sambil mikir2 pulang bakal dimarahin karena telat pulang buat jaga Toko.

Di Polsek Stevi keluar dari sel diantar petugas menemui kami diruang besuk, Stevi memohon mohon untuk membantunya dikeluarkan dari sana . Dan Marga menghadap kekepala Polisi disitu saya gak jelas apa yang diomongkan mereka… Namun dijalan Marga meminta saya ikut kerumahnya.
“ Aduh Ga … Abang gue ngamuk ntar… Sorry deh ntar malam aja gue kerumah Lho kalau perlu gue nginap” “Benar lho ya” Marga menegaskan “ iya bener gue bawa baju seragam, besok sekolah dari rumah lho.” Jawab saya. Kami memang sering menginap dirumahnya Marga, biasanya malam minggu sekitar lima enam orang kita jalan jalan dengan mobil teman atau naik motor ramai ramai lalu bergadang sampai pagi.

Bubaran sekolah kami langsung menuju Polsek Cideng dan Marga membawa setumpuk uang dalam amplop yang diserahkan pada petugas disitu dan Stevie pun bebas dari
Penjara tempat dia disekap. Sebenarnya kasusnya tidak akan sejauh itu bila saja kepala sekolah yang sudah muak dengan Murid yang mencandui obat2an tidak melakukan pengaduan ke polisi. Dan saya faham kenapa Marga minta kerumahnya karena dia ingin saya membantu membujuk ibunya agar bersedia mengeluarkan uang untuk membebaskan Stevi. Tak ada dendam tak sakit hati dalam dirinya.

Banyak hal kami lalui bersama bahkan bertahun tahun setelah masa SMA selesai
Pagi ini Rabu 5 Februari 2008 jam 9 pagi hp saya berdering terlihat nomor yang tidak ada dalam memori saya. “ halo….ini Geis ya..” suara perempuan terdengar disana.
“ya benar siapa ini..?” tanya saya… “ini Pepi Geis.. kakak iparnya Marga” terdengar suara disana yang sangat jelas sedang menangis. “ya ada Pepi.? ” “Marga meninggal Geis… Jenazahnya masih di Malaysia hari ini sampai di Jakarta ;”
“Innalillahi wainna ilaihi Rojiun.”

Semua jalan… semua teriakan…semua cela2an bersama , Batang pohon besar di puncak ketika kami menepikan Motor di waktu bolos sekolah… semua tiba tiba menyeruak saling berlomba mengingatkan masa yang pahit ketika kami kalah berantem dan muka legam2, masa 2 tertawa tawa ketika naik Bajaj bersepuluh orang ketika dunia hanya selebar otak dan pengetahuan kami, dan masa masa menghadapi realitas hidup ketika anak dan keluarga harus lepas dari genggaman ketika nasib tak berfihak….
ketika dunia terlalu luas untuk difahami.

Selamat jalan kawan……Semoga kamu lebih beruntung di alam sana .

(Ditulis ketika sedang menunggu jenazah Marga Prana Haloho)