Senin, 16 Mei 2011

REUNI.

Kuliah Etika Hubungan Internasional dari DR Sutejo sudah lama Usai namun beberapa teman masih bergerombol di kantin, ada Aan, Linda, Eva, Rizal lubis Satria dan beberapa lainnya. Jam di tangan menunjukkan pukul 13.30 siang, segera saya meninggalkan mereka. hari ini ada rapat dirumah Fauzi Askar membahas kelanjutan dari forum silaturahmi mahasiswa (khatulistiwa.) Setiba di kampung melayu saya melompat turun dari bus menuju deretan Mikrolet yang berjajar menunggu penumpang, Duduk di bangku depan terasa lebih nyaman di siang yang panas dibanding di Bus PPD yang penuh dan pengab tadi. Dua buah buku penuh catatan yang saya pinjam dari Aan. (Romana Aprilia Munir) di kampus, saya taruh di atas Dashboard.



Tak sampai 15 menit mikroletpun tiba di di depan rumah Fauzi yg berada di jalan Otista Raya, setelah membayar, dengan agak terburu buru turun dari Mikrolet dan lupa duah buah buku catatan masih tergeletak diatas Dashboard. ketika melangkah menuju pintu masuk barulah tersadar dua benda berharga itu masih berada di Dashboard mikrolet dan ketika menengok mikrolet itupun sudah tidak terlihat lagi.



Rapat berlangsung dengan santai dan penuh gelak tawa karena Sukri sering menyelak dengan banyolan2nya yang lucu. Selesai rapat saya menginformasikan padanya. "Sukri, gue minjam catatannya Aan, apesnya waktu turun gue lupa angkat dari dashboard. ada dua buku tebal tebal dua duanya. pusing gue gimana caranya ngasih tau nya besok?." dan si enteng mulut itupun menjawab." mampus lho, besok mulutnya Aan bakal begini, sambil meng gerak2 kan jari jempol dgn empat jari lainnya seperti menutup dan membuka yg melambangkan ocehan."

Sukripun tertawa ngakak sambil menakut nakuti akan apa yang terjadi esok hari.



Jam 7 pagi perkuliahan sudah di mulai, agak terlambat saya memasuki kelas namun Djansiwar Jafar (Pak Iwa) bukanlah dosen yg sok kuasa, dia memberikan kesempatan saya masuk dan meneruskan kembali perkuliah Sejarah Politik Afrika. Usai pak Iwa memberi materi ada jeda 10 menit menunggu dosen berikutnya dan lebih dari separuh mahasiswa dikelas itu keluar ruangan untuk merokok dan bercanda. Dengan agak ragu ragu saya menghampiri Aan berusaha memberanikan diri untuk mengabarkan raibnya dua buku catatan yang saya pinjam kemarin. "Aan..." tegur saya perlahan, Aan pun menoleh dan sambil tersenyum menjawab " Kenapa Geis... buku catatan Aan hilang ya?, ga papa kok" dengan ekspresi yang ramah tak ada kesan marah sama sekali. Rupanya Sukri pagi pagi sudah menjadi BBC London. Hilang sudah semua bayang bayang yang menyangkut di kepala dari kemarin siang, Bahkan Aan pun melanjutkan, " buku kosonngnya Geis mana ? biar nanti Aan yang catatkan sekalian." Tetap dengan keramahan seperti tadi.

" ga usah An, makasih banyak biar nanti gue foto copy aja." jawab saya tau diri.



Minggu Pagi 20 tahun lebih kemudian. Di Taman Jaya Impian Ancol sebuah restoran dipenuhi ratusan manusia berbaju putih, dgn sebuah stiker bertuliskan nama atau identitas. MC dipanggung memangil mangil nama nama pengurus IKA FISIP JAYABAYA yg baru terbentuk. Sementara puluhan meja berderet deret dipenuhi oleh berbagai peserta yang ramai dengan canda dan gelak tawa, suara MC hampir tak terdengar. Bertemu teman lama jauh lebih seru ketimbang mengikuti acara yang sedang berlangsung. Hari ini sebuah perayaan besar di gelar temu alumni seluruh angkatan Fisip.

banyak wajah wajah yg dulunya akrab kini sudah sulit mengenalinya faktor U memang susah dilawan. Beberapa teman nampak masih terlihat cantik namun bentuk badan sudah gak jelas mana perut mana pinggul seolah berlomba adu besar.



Seorang teman yang hadir belakangan menyimpan rapi arsip foto foto lama dan dia membawanya ke acara reuni, setiap orang memelototi wajahnya dimasa lalu. pernyataan yg paling arif adalah "Gue masih culun" untuk menghindari kata "masih cantik" agar tidak terkesan sudah tidak cantik lagi sekarang.

Beberapa yang tidak hadir namun ada wajahnya dalam foto itu ditanyakan kemana dia, ada dimana sekarang atau sudah berapa anaknya? Tapi tidak ada yang menanyakan Aan si wanita baik hati yang senyumnya selalu hangat. Semua di meja itu faham dan mengetahui Aan yang ramah itu telah beberapa tahun lalu pergi menghadap kepemilikiNya.