dr Joserizal Jurnalis. Saya tidak perlu
bercerita siapa orang ini, namun dalam perjalanan kehidupan, saya
bersukur mengenal dan berkawan baik dgn orang spt dr Joserizal Jurnalis.
Tidak selamanya satu pendapat tapi kalau saya memberi predikat Jendral maka dialah Jendral seasli aslinya.
Luly Larissa Agiel bukan pejuang perang tak ada sedikitpun dalam
penampilannya menunjukkan sikap keras, selalunya berbicara dgn nada
halus, simpatik dan menghargai setiap orang yg ditemuinya, tak gemar
bicara di FB seolah - olah pejuang paling hebat sambil mencaci orang
lain. Namun ketika ingin bepergian ke luar negri dia tak memilih
Perancis tak memilih Eropa dgn segala eksotisnya, dia memilih Ghaza.
sebuah negri yg menyita waktu hari2nya melangkah, bertujuan untuk
berdirnya RS Indonesia. Dia ingin melihat dgn mata kepalanya sendiri
Proyek mimpi itu kini nyata adanya, proyek mimpi itu terealisasi. Dan
ketika kembali pulang, anak2 Ghaza mengirim foto untuk Luly
bertuliskan.: Rindu senyuman mama Luly.
Rumah Sakit Indonesia
di Ghaza, Proyek mimpi yang menjadi nyata, bukan membangun di daerah
damai bukan membangun dgn dana yang sdh ada dan dapat bantuan
pemerintah. Semuanya serba dicari tanpa satu rupiahpun dana pemerintah
semua adalah sumbangan rakyat Indonesia.
Ir Faried Thalib,
bukan agamawan, secara sosial kehidupannya telah selesai, makmur secara
ekonomi, punya perusahaan dgn berbagai proyek, bila ingin hidup gampang,
cukup bayar zakat dan membantu orang lain yg memerlukan pertolongan
maka nama baik didapat dan persoalan selesai. Tapi dia memilih jalan yg
terjal. Bulak balik ke Ghaza sbg Kordinator Tekhnik Pembangunan RS
Indonesia. berminggu minggu tertahan di perbatasan Mesir dan Ghaza, tak
pernah mengeluh apa lagi berhenti memperjuangkan mimpinya. Dia tdk
membuat buku yg melist orang lain atau lembaga2 lain dgn catatan hitam,
dgn penelitian yg serampangan. Faried hanya bekerja, menghibahkan
tenaganya, pikirannya, hartanya juga hidupnya (nyawanya) untuk banyak
orang,
Nurfitri Taher (MER C) Relawan kapal Mavi Marmara, dia
ditangkap dan diborgol setelah bbrp temannya tewas tertembus peluru
zionis Israel, ketika berada dalam barisan tawanan, Nurfitri bukannya
menangis. Bukan tertunduk dgn rasa takut melainkan dia bernyanyi didepan
para tentara Israel itu. Dia tunjukkan dirinya tidak memiliki ketakutan
sedikitpun didepan moncong senjata yang mengarah pada dirinya. Nurfitri
Taher (Upi), hanya wanita biasa dgn nyali yg luar biasa, bahkan sering
kali bercerita hal2 yang lucu bila dalam rapat di yayasan tapi
konsistensi sikapnya tak gentar didepan tentara Israel bahkan untuk
kehilangan nyawa sekalipun.
Jumat, 13 Desember 2013
Langganan:
Postingan (Atom)