Rabu, 20 Januari 2010

Dangdut yang Tersungkur (Fenomena Kultural)

Saya agak tercengang ketika mendengar penuturan Andrea Hirata (Penulis laskar Pelangi) di sebuah stasiun TV tentang kekagumannya pada Rhoma Irama. Andrea Hirata menuturkan, dia bersama teman temannya harus berlayar selama tujuh jam dengan perahu sampan untuk menonton Rhoma Irama. Perjalanan itu bukan hanya melewati pesisir pantai tapi melewati selat Gaspar.* Menurut Andrea Hirata pula, pada saat Rhoma Irama melakukan show di Pangkal Pinang berpuluh puluh perahu dari Belitung berlayar menuju Pangkal Pinang untuk melihat sang Legenda Dangdut bernyanyi.

Tak pernah terpikirkan bahwa manusia akan senekat itu untuk melihat pertunjukan seorang Rhoma Irama, namun bahwa Ia seeorang Legend haruslah diakui walaupun tidak sampai sekelas BB KING atau Janis Joplin sang Legend Of Blues, Bob Marley sang kampiun Regge, bahkan tidak menginternasional sebagaimana Marc Anthony dengan lagu lagu latinnya yang tersebar diseluruh penjuru dunia. dan Marc Anthony bukanlah pelopor karena legenda pada Musik latin ada pada Group Music Santana dengan hitsnya Black Magic Woman. Juga belum sekelas Ummi kulsum sang maestro yang bermuasal dari negeri Spinx.(Mesir).

Sebelum populer dengan sebutan musik dangdut jenis musik ini lebih di kenal bernama Irama Melayu, beberapa nama sebelum munculnya Rhoma Irama, tampil mewakili musisi melayu diantaranya: Husin Bawafi, Juhana Satar, A Malik, A Kadir, Hasyim Kan, Munif Bahasuan, Said Efendi, Titin Sumarni dan yang tetap populer lagu lagunya sampai saat ini adalah M Mashabi. Ditahun tahun itu Orkes Melayu Chandra Lela Pimpinan Husin Bawafi, OM Sinar Kemala Pimpinan A Kadir, dan OM Ria Bluntas Pimpinan Sahid Basahil, Orkes Melayu Irama Agung Pimpina Said Efendi mendominasi panggung hiburan terutama dalam resepsi pernikahan.

Ditahun tujuh puluhan Rhoma Irama membuat revolusi Orkes Melayu menjadi Orkes Dangdut dengan memasukkan unsur musik Rock didalam musiknya. Walaupun tidak sepenuhnya genuine karena Rhoma Irama mengambil beberapa lagu Deep Purple didalam lagu lagunya diantaranya Child In Time. sangat nampak nuansa Deep Purple mendominasi Orkes Dangdut Soneta.

Setelah melejit dengan BEGADANG, era Dangdut menjadi semakin tak terpisahkan dari budaya rakyat Indonesia, musik ini mewakili kaum yang terpinggirkan dan dikesankan sebagai musik norak kampungan dan sebagainya. Dedi Sutanza pernah mengatakan " Dangdut itu tai kucing" yang kemudian menjadi polemik di majalah Aktuil, terjadi persaingan dua genre musik didalam blantika musik Indonesia antara Rock dan dangdut.

Dengan aransemen yang tak terlalu rumit dan syairnya yang sederhana musik ini menunjukkan kejujuran dari sebuah kelas masyarakat kebanyakan. Musik ini akhirnya tampil menjadi pemenang dari era persaingan dua genre musik. Tak kurang beberapa personel Group Band Rock paling ternama saat itu Good Bless. membuat album dangdut dengan lagunya Zakia, pada lagu ini pulalah dimulainya Dangdut memasukkan intrumen String melului ke piawaian Abadi Susman, Ian Antono dan Achmad Albar mereka mengubah kiblat dangdut dari India menjadi bernuansa Padang Pasir.

Boleh dibilang semua genre musik bisa masuk dengan temporer dalam pasar musik Indonesia namun Dangdut Never Die adalah fakta sebagai penguasa dari seluruh kiblat musik indonesia saat itu.
Hampir seluruh stasiun TV memasukkan program musik dangdut menjadi salah satu programnya bahkan seorang Inul Daratista mendadak menjadi bintang paling populer setelah menuai berbagai Kontroversi.

Anehnya setelah sekian puluh tahun merajai dunia musik Indonesia. Dangdut pun tersungkur, ditahun tahun belakangan ini hampir tidak ada lagi lagu Dangdut tampil kepermukaan, kalaupun ada itupun hanya melansir lagu lama sang Legenda melalui anaknya Ridho Irama dengan komposisi perpaduan antara Dangdut dan Pop.

Saya tak memiliki kapasitas untuk menganalisa sebab dan mengapanya Dangdut ditinggalkan oleh para penggemarnya, mungkin teman teman lain bisa menjelaskan sebuah fenomena kultural bisa terlepas oleh pemiliknya. Paling tidak untuk saat ini.




Salam
Geisz Chalifah.
Penikmat orkes melayu lama.

kisahku nan telah lalu kusimpan kedalam kallbu...
kubuat sebagai toladan jangan sampai terulang...
berdebar rasa hatiku bila teringat padamu...
kisah kasih derita berlinang air mata....
sampai kini kurasa rintihan jiwa lara...
patah hatiku sudah karena harapan hampa..
hidupku menderita cintaku layu sudah...
kukorban apa saja tapi tiada ma'na ..
kini kutak kukenang lagi walaupun ia kembali...
tingalku seorang diri kuserahkan pada ilahi.....

(A Kadir)

1 komentar:

  1. Lagu adalah ungkapan jiwa, ekspresi diri. Lagu mampu mewakili kegersangan dan memberikan oase dalam panasnya perjalanan hidup. Menikmati lagu dangdut seperti bergumul dengan realitas dimana kita berpijak, tidak menjadi sok tuan di negeri dan bangsa Sendiri, salam

    BalasHapus